Shalat adlh ibadah yg agung, ibadah yg dibuka dengan takbir &
ditutup dengan salam, & dia adlh ibadah yg terpenting setelah kedua
kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah
selain Allah & sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji & puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari
no. 7 & Muslim no. 19)
Shalat adlh penghubung antara hamba dengan Rabbnya, karena ketika
shalat hamba sedang berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla guna berdoa
kepada-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي
نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي
وَإِذَا قَالَ: { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى
عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ
مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا
قَالَ: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ هَذَا بَيْنِي
وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ هَذَا لِعَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yg mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di
dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga
kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang imam?”
Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku
mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membagi shalat
antara Aku dengan hambaKu, & hambaku mendapatkan sesuatu yg dia
minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb
semesta alam.’ Maka Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba
tersebut mengucapkan, ‘yg Maha pengasih lagi Maha Penyayg.’ Allah
berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan,
‘Pemilik hari kiamat.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiku.’ Selanjutnya
Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba
tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku menyembah & hanya
kepadaMulah aku memohon pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini adlh antara
Aku dengan hambaKu. & hambaKu mendapatkan sesuatu yg dia minta’.
Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yg
lurus, yaitu jalan orang-orang yg Engkau beri nikmat atas mereka, bukan
jalan orang-orang yg Engkau murkai & bukan pula orang-orang yg
sesat.’ Allah berkata, ‘Ini utk hambaKu, & hambaKu mendapatkan
sesuatu yg dia minta.” (HR. Muslim no. 598)
Shalat lima waktu mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:
a. Shalat 5 waktu mrpkan ibadah yg Allah Ta’ala syariatkan kepada
Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara
malaikat. Berbeda halnya dengan kewajiban lainnya yg diwajibkan melalui
perantara malaikat.
b. Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yg paling utama.
Selain dari keistimewaan di atas, shalat 5 waktu secara umum &
beberapa shalat di antaranya secara khusu mempunyai keutamaan yg lain,
di antaranya:
a. Shalat 5 waktu akan menghapuskan semua dosa & kesalahan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu & shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adlh
penghapus utk dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.”
(HR. Muslim no. 342)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ
وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا
قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ
كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia
membaguskan wudlunya & khusyu’nya & shalatnya, melainkan itu
menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa
besar. & itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR. Muslim no. 335)
Pada kedua hadits di atas dikecualikan dosa-dosa besar, karena
memang dosa besar tidak bisa terhapus dengan sekedar amalan saleh, akan
tetapi harus dengan taubat & istighfar. Karenanya, yg dimaksud
dengan dosa pada kedua hadits di atas adlh dosa-dosa kecil.
Adapun patokan dosa besar adlh sebagaimana yg diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma:
اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ الله ُبِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أو غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ
“Dosa-dosa besar adlh semua dosa yg Allah akhiri dengan ancaman
neraka atau laknat atau kemurkaan atau adzab.” (Riwayat Ibnu Jarir dalam
tafsirnya terhadap surah An-Najm: 32)
Walaupun asalnya ada perbedaan antara dosa besar dengan dosa kecil, akan tetapi beliau radhiallahu anhu juga pernah berkata:
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ, وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa besar jika selalu diikuti dengan istighfar & tidak ada dosa kecil jika dia dilakukan terus-menerus.”
b. Shalat subuh senantiasa dihadiri & disaksikan oleh para malaikat & dia juga menja
Allah Ta’ala berfirman:
أقم الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرءان الفجر إنّ قرءان الفجركان مشهودا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam & (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh
itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra`: 78)
c. Shalat ashar yg mrpkan shalat wustha -sebagaimana dalam riwayat
Al-Bukhari- dikhususkan penyebutannya dibandingkan shalat-shalat
lainnya.
& ini menunjukkan keistimewaan shalat ashar -dari satu sisi- dibandingkan shalat lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
حافظوا على الصلوات والصلواة الوسطى
“Peliharalah semua shalat(mu), & (peliharalah) shalat wusthaa.” (QS. Al-Baqarah: 238)
d. Menjaga shalat subuh & ashar mrpkan sebab terbesar masuk surga & selamat dari neraka.
Dari Imarah bin Ru’aibah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak akan masuk neraka seseorang yg shalat sebelum terbit matahari & sebelum terbenamnya.” (HR. Muslim no. 1003)
Dari Abu Musa radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengerjakan shalat pada dua waktu dingin, maka dia akan
masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no. 540 & Muslim no. 1005)
Dari Jundab bin Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا
يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ
فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, oleh
karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu dari kalian sebagai
imbalan jaminan-Nya, sehingga Allah menangkapnya & menyungkurkannya
ke dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 1050)
Dari Jarir bin ‘Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا
تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا
عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian
melihat bulan purnama ini. & kalian tidak akan saling berdesakan
dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu utk tidak terlewatkan utk
melaksanakan shalat sebelum terbit matahri & sebelum terbenamnya,
maka lakukanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 521 & Muslim no. 1002)
e. Meninggalkan shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena malas secara terus-menerus adlh kekafiran.
Allah Ta’ala berfirman:
وخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yg jelek) yg
menyia-nyiakan shalat & memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yg bertaubat, beriman &
beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Seandainya orang yg meninggalkan shalat itu masih mukmin, maka
tentunya tidak dipersyaratkan ketika dia bertaubat dia harus beriman.
Ini dipertegas dalam hadits Jabir radhiallahu anhuma dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh, yg memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan
& kekufuan adlh meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 116)
Juga dalam Abdullah bin Buraidah dari ayahnya radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“(Pemisah) di antara kami & mereka (orang kafir) adlh
meninggalkan shalat, karenanya barangsiapa yg meninggalkannya maka
sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 21929)
Keutamaan Shalat Subuh
Shubuh adlh salah satu waktu di antara beberapa waktu, di mana Allah
Ta’ala memerintahkan umat Islam utk mengerjakan shalat kala itu. Allah
Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam & (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh
tu disaksikan (oleh malaikat). ” (Qs. Al-Isra’: 78) Betapa banyak kaum
muslimin yg lalai dalam mengerjakan shalat shubuh. Mereka lebih memilih
melanjutkan tidurnya ketimbang bangun utk melaksanakan shalat. Jika kita
melihat jumlah jama’ah yg shalat shubuh di masjid, akan terasa berbeda
dibandingkan dengan jumlah jama’ah pada waktu shalat lainnya.
Apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh, niscaya ia akan dapati banyak keutamaan. Di antara keutamaannya adlh
(1) Salah satu penyebab masuk surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“ Barangsiapa yg mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh
& ashar) maka dia akan masuk surga .” (HR. Bukhari no. 574 &
Muslim no. 635)
(2) Salah satu penghalang masuk neraka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“ Tidaklah akan masuk neraka orang yg melaksanakan shalat sebelum
terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) & shalat sebelum
tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar) .” (HR. Muslim no. 634)
(3) Berada di dalam jaminan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ
اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ
مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى
وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“ Barangsiapa yg shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah.
Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari
jaminan-Nya. Karena siapa yg Allah menuntutnya dengan sesuatu dari
jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, & akan
menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam .” (HR. Muslim
no. 163)
(4) Dihitung seperti shalat semalam penuh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا
قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“ Barangsiapa yg shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah
shalat malam selama separuh malam. & barangsiapa yg shalat shubuh
berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya .” (HR.
Muslim no. 656)
(5) Disaksikan para malaikat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ
“ & para malaikat malam & malaikat siang berkumpul pada
shalat fajar (subuh) .” (HR. Bukhari no. 137 & Muslim no.632)
Ancaman bagi yg Meninggalkan Shalat Shubuh
Padahal banyak keutamaan yg bisa didapat apabila seseorang
mengerjakan shalat shubuh. Tidakkah kita takut dikatakan sebagai orang
yg munafiq karena meninggalakan shalat shubuh? & kebanyakan orang
meninggalkan shalat shubuh karena aktivitas tidur. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ
الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا
لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“ Sesungguhnya shalat yg paling berat dilaksanakan oleh orang-orang
munafik adlh shalat isya & shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui
keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan
merangkak .” (HR. Bukhari no. 657 & Muslim no. 651)
Cukuplah ancaman dikatakan sebagai orang munafiq membuat kita selalu memperhatikan ibadah yg satu ini.
Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita semua, terkhusus
bagi para laki-laki utk dapat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. (
Dari artikel Keutamaan Shalat Shubuh — Muslim.Or.Id)
Keutamaan Shalat Sunnah
Shalat sunnah termasuk amalan yg mesti kita jaga & rutinkan. Di
antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat
wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yg yakin shalat lima
waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak
khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam
shalat. Moga dengan memahami pembahasan berikut ini semakin menyemangati
kita utk terus menjaga shalat sunnah.
Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ
لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا
أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ
كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ
تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى
فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ ».
“ Sesungguhnya amalan yg pertama kali dihisab pada manusia di hari
kiamat nanti adlh shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada
malaikat-Nya & Dia-lah yg lebih tahu, “Lihatlah pada shalat
hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya
sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yg sempurna. Namun jika dalam
shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah,
apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan
sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yg ada pada amalan
wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan
diperlakukan seperti ini .” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426
& Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Kedua: Dihapuskan dosa & ditinggikan derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu
Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -, lalu
aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yg karenanya
Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata
pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yg dicintai Allah’.”
Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga
kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yg ditanyakan tadi
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ
لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ
بِهَا خَطِيئَةً
“ Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada
Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan
Allah akan meninggikan derajatmu & menghapuskan dosamu’ .” Lalu
Ma’dan berkata, “ Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ & bertanya hal
yg sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yg dijawab oleh
Tsauban padaku .” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah
berkata, “Hadits ini adlh dorongan utk memperbanyak sujud & yg
dimaksud adlh memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4:
205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat
sunnah.
Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami - radhiyallahu ‘anhu - dia berkata,
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ
أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ
هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam , lalu aku membawakan air wudhunya & air utk hajatnya. Maka
beliau berkata kepadaku, “ Mintalah kepadaku .” Maka aku berkata, “Aku
hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yg lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu
saja.” Maka beliau menjawab, “ Bantulah aku utk mewujudkan keinginanmu
dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat) .” (HR. Muslim no.
489)
Keempat: Shalat adlh sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
“ Beristiqamahlah kalian & sekali-kali kalian tidak dapat
istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yg
paling utama adlh shalat. Tidak ada yg menjaga wudhu melainkan ia adlh
seorang mukmin. ” (HR. Ibnu Majah no. 277 & Ahmad 5: 276. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Kelima: Menggapai wali Allah yg terdepan
Orang yg rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan
menjadi wali Allah yg istimewa. Lalu apa yg dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka & tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu)
orang-orang yg beriman & mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا
“ Setiap orang mukmin (beriman) & bertakwa, maka dialah wali
Allah. ” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yg
memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih & surban. Namun yg
dimaksud wali Allah sebagaimana yg disebutkan oleh Allah sendiri dalam
surat Yunus di atas. “ Syarat disebut wali Allah adlh beriman &
bertakwa ” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yg disebut
wali malah orang yg tidak shalat & gemar maksiat, maka itu bukanlah
wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al
Muqorrobun(wali Allah terdepan) & (2) Al Abror Ash-habul yamin (wali
Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adlh hamba Allah yg selalu mendekatkan
diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yg wajib serta
dia meninggalkan yg haram sekaligus yg makruh.
Al Abror ash-habul yamin adlh hamba Allah yg hanya mendekatkan diri
pada Allah dengan amalan yg wajib & meninggalkan yg haram, ia tidak
membebani dirinya dengan amalan sunnah & tidak menahan diri dari
berlebihan dalam yg mubah.
Mereka inilah yg disebutkan dalam firman Allah Ta’ala ,
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2)
خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ
الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6) وَكُنْتُمْ
أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ
الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ
(9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11)
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ
مِنَ الْآَخِرِينَ (14)
“ Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta
tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) &
meninggikan (golongan yg lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan
seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yg beterbangan, & kamu menjadi
tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan
itu. & golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan
orang-orang yg beriman paling dahulu. Mereka itulah yg didekatkan kepada
Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari
orang-orang yg terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yg
kemudian .” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair
rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki & tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ
مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ
الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ
الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ
سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku,
maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan wajib yg Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri
pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku
telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yg
ia gunakan utk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yg ia
gunakan utk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yg ia gunakan utk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yg ia gunakan utk berjalan. Jika
ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya & jika ia
memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya. ” (HR. Bukhari no.
2506)
Orang yg senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping
melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah
akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan &
kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan
mustajabnya do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin
bin Hamd Al Abad, hadits ke-38).
Keutamaan Shalat Tahajud
Hiruk pikuk kejuaraan sepakbola Euro 2012 sudah dimulai. Sepekan
terakhir, hampir setiap malam jutaan rakyat Indonesia menghabiskan waktu
malamnya utk menonton pertandingan bergengsi dari tim 16 negara-negara
Eropa.
Maklum, pada perhelatan bergengsi ini, akan dipertontonkan
pertandingan dengan bintang-bintang dunia, gaya permainan dunia & yg
utama sistem pertandingan fairplay. Permainan cantik & kesolidan
tim akan menjadi tontotan menarik bagi penggemar sepakbola.
Terlepas dari kenikmatan menonton pertandingan sepakbola, akan
sangat disaygkan jika waktu malam hanya kita habiskan dengan menonton
pertandingan sepakbola.
Sebagai umat Islam, sepertinya kita menyadari bahwa orang-orang yg
menghabiskan waktu tanpa diiringi dengan ibadah, maka bukan termasuk
golongan Rasulullah saw, dikarenakan telah melalaikan kenikmatan yg
telah diberikan Allah swt. Sebagimana hadis Nabi Muhammad yg
diriwayatkan Imam Bukhari, yg berbunyi:
“Dua kenikmatan yg sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat & nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari)
Hadis itu menyiratkan, sebagai umat Rasulullah, sebaiknya kita tidak
melalaikan kenikmatan waktu luang. Di tengah malam, di sela-sela
pertandingan sepakbola Euro 2012, ada baiknya kita turut mengisi dengan
salat malam.
Membiasakan shalat malam itu berarti mengajak diri kita masuk ke
dalam golongan orang-orang shaleh, yg hatinya selalu berdampingan
denganAllah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran :
“Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan
bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yg terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79).
Sebelum diturunkannya kewajiban shalat lima waktu, shalat malam
seperti shalat Tahajud mrpkan shalat yg diwajibkan kepada Nabi Muhammad
saw. Karena itu, saat ini umat Islam selalu dianjurkan utk mendirikan
shalat malam seperti shalat Tahajud.
Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw
bersabda: ”Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam & berikanlah
makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu
masuk Sorga dengan selamat.” (HR Tirmidzi).
Dalam hadis yg diriwayat Imam Muslim, shalat di waktu malam mrpkan shalat yg paling utama sesudah shalat fardu.
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” (HR. Muslim).
Bagi umat Islam, waktu malam bukan sekadar waktu tanpa penerangan
matahari. Malam bagi Islam adlh waktu yg sangat berarti & waktu yg
diutamakan oleh Allah SWT.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda: “Pada tiap malam Tuhan kami
Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga
malam yg akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yg menyeru-Ku, akan Aku
perkenankan seruannya. Barang siapa yg meminta kepada-Ku, Aku
perkenankan permintaanya. & barang siapa meminta ampunan kepada-Ku,
Aku ampuni dia.” (HR Bukhari & Muslim).
Pada sebuah hadis lain juga disebutkan, saat saat ijabah
(dikabulkannya doa) itu adlh 1/3 malam yg terakhir. ”Abu Muslim bertanya
kepada sahabat Abu Dzar : “Diwaktu manakah yg lebih utama kita
mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah
SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda
:?“Perut malam yg masih tinggal adlh 1/3 yg akhir. Saygnya sedikit
sekali orang yg melaksanakannya,” (HR Ahmad).
Mengakhiri tulisan ini, sungguh menyaygkan ketika waktu malam hanya kita habiskan utk melihat kenikmatan dunia.
Ada baiknya turut kita isi dengan shalat malam sebagai bekal di
dunia & akhirat nanti, serta sebagai persiapan menghadapi bulan suci
Ramadhan yg sebentar lagi akan tiba. (Sumber:
republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/15/m5me40-keutamaan-shalat-tahajud)
Keutamaan Shalat Tarawih
Menurut riwayat Al-Muslim “Semua amal anak Adam dilipatgandakan
pahalanya, setiap kebaikan 10 kali lipat, hingga 700 kali lipat, kecuali
puasa. Akulah (Allah) yg membalasnya, sebab ia meninggalkan syahwat
& makan minumnya hanya karena Aku, & baginya ada dua kegembiraan
pertama ketika berbuka & kedua ketika berjumpa Tuhannya. Sungguh
bau mulutnya bagi Allah melebihi harumnya kasturi.”
Berikut fadhilah – fadhilah (keutamaan) Shalat Tarawih yg disabdakan
Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA yg
dikutip dari Kitab : Durrotun Nashihin Hal : 18 -19.
- Malam ke – 1 Siapa yg shalat tarawih pada malam pertama dihapus dosa seorang mu’min seperti ketika ia dilahirkan.
- Malam ke – 2 Shalat tarawih pada malam kedua diampuni dosa dirinya & kedua orang tuanya, jika keduanya mu’min.
- Malam ke – 3 Semua malaikat yg berada di bawah Arsy menyeru, “Perbanyaklah amalmu….!!!
- Malam ke – 4 Allah akan memberikat pahala sebagaimana pahala orang yg membaca Taurat, Injil, Zabur juga Al Qur’an.
- Malam ke – 5 Allah SWT memberinya pahala seperti pahala Sholat di Masjidil Haram, Masjid Madinah & Masjid Aqsho.
- Malam ke – 6 Allah SWT memberinya pahala Thawaf di Baitul Makmur
& dimintakan ampun baginya oleh setiap batu, pasir & benda yg
berada disana.
- Malam ke – 7 Seakan – akan ia hidup pada zaman Nabi Musa AS & membelanya dari Fir’aun & Hamman.
- Malam ke – 8 Allah SWT memberinya pahala seperti pahala apa yg diberikan kepada Nabi Ibrohim AS.
- Malam ke – 9 Seakan – akan ia telah beribadah kepada Allah SWT seperti ibadahnya Nabi Muhammad SAW.
- Malam ke – 10 Allah SWT memberinya Rizki & kebaikan di dunia & akhirat.
- Malam ke – 11 Apabila ia meninggal dunia, seperti dilahirkan dari ibunya.
- Malam ke – 12 Ia datang pada hari kiamat dengan wajah berseri – seri seperti bulan purnama.
- Malam ke – 13 Ia datang pada hari kiamat, selamat dari kejahatan (kejelekan)
- Malam ke – 14 Malaikat menyaksikan bahwa pada sesungguhnya orang
tersebut telah Sholat Tarawih maka pada hari kiamat kelak Allah SWT
tidak akan menghisabnya.
- Malam ke – 15 Malaikat penopang Arsy & kursi membaca sholawat utknya.
- Malam ke – 16 Allah SWT mencatat baginya akan dibebaskan dari dari api neraka & masuk surga.
- Malam ke – 17 Malam ke – 18 Ia dipanggil oleh malaikat, “Hai hamba
Allah, ketahuilah bahwa Allah meridloimu & kedua orang tuamu”.
- Malam ke – 18 Ia dipanggil oleh malaikat, “Hai hamba Allah, ketahuilah bahwa Allah meridloimu & kedua orang tuamu”.
- Malam ke – 19 Allah mengangkat derajatnya hingga derajat orang – orang yg ada di surga firdaus.
- Malam ke – 20 Dia diberi pahala para syuhada’ & orang – orang sholeh.
- Malam ke – 21 Allah SWT membuatkan baginya sebuah istana di surga dari cahaya.
- Malam ke – 22 Pada hari kiamat nanti, selamat dari kesulitan & kesusahan.
- Malam ke – 23 Allah SWT membangun baginya sebuah kota di surga.
- Malam ke – 24 Dua puluh empat (24) permintaanya dikabulkan Allah SWT.
- Malam ke – 25 Allah SWT mengangkatnya dari siksa kubur.
- Malam ke – 26 Allah SWT mengangkat baginya pahala empat puluh tahun (40 th)
- Malam ke – 27 Ia akan melewati jembatan Shorotul Mustaqim pada hari kiamat kelak seperti kilat menyambar.
- Malam ke – 28 Allah SWT mengangkat baginya seribu (1000) derajat di surga.
- Malam ke – 29 Allah SWT akan mengkaruniakan kepadanya pahala seribu haji yg mabrur.
- Malam ke – 30 Allah SWT akan memberi penghormatan kepada orang yg
bertarawih pada malam terakhir dengan firman-Nya (yg bermaksud) : “Wahai
Hambaku, …! makanlah segala jenis buah – buahan yg engkau inginkan utk
dimakan di dalam surga & mandilah kamu di dalam sungai yg bernama
salsabil serta minumlah air dari telaga yg dikaruniakan kepada Nabi
Muhammad SAW bernama Al-Kautsar.
Keutamaan Shalat Dhuha
Banyak yg belum memahami keutamaan shalat yg satu ini. Ternyata
shalat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian.
Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang.
Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji & umrah yg
sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat orang-orang yg kembali taat.
Di antara keutamaan shalat Dhuha adlh:
Pertama : Mengganti sedekah dengan seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ
تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ
مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“ Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian
utk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai
sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah,
setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, &
setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu
pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) & nahi mungkar (melarang
dari kemungkaran) adlh sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at ” (HR. Muslim no.
720).
Padahal persendian yg ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana
dikatakan dalam hadits & dibuktikan dalam dunia kesehatan adlh 360
persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“ Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian ” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam . Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat
digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits
dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ
مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا
صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ
تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى
تُجْزِئُ عَنْكَ
“ Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki
kewajiban utk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yg
mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di
masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak
mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at
.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
hadits ini shahih ligoirohi )
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adlh
dalil yg menunjukkan keutamaan yg sangat besar dari shalat Dhuha &
menunjukkannya kedudukannya yg mulia. & shalat Dhuha bisa cukup
dengan dua raka’at” (Syarh Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu
Dzar & hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yg luar biasa &
kedudukan yg mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yg menunjukkan
semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah
mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah
sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin & terus menerus”
(Nailul Author, 3: 77).
Kedua : Akan dicukupi urusan di akhir siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau
tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu
akan mencukupimu di akhir siang .” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no.
1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani &
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini
bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan
pelakunya dari berbagai hal yg membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa
shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia
pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih
luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam
kesibukan & urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yg tidak
disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. yg dimaksud,
selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di
waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.”
(Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Ketiga : Mendapat pahala haji & umrah yg sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ
يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“ Barangsiapa yg melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu
ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia
melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji
& umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yg sempurna, sempurna &
sempurna .” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan )
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’
At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “yg dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan
shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata,
“Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi
setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang utk shalat. Shalat
ini disebut pula shalat Isyroq . Shalat tersebut adlh waktu shalat di
awal waktu.”
Keempat : Termasuk shalat awwabin (orang yg kembali taat)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
“ Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yg
kembali taat). Inilah shalat awwabin .” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam
Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab adlh muthii’ (orang yg taat). Ada
pula ulama yg mengatakan bahwa maknanya adlh orang yg kembali taat”
(Syarh Shahih Muslim, 6: 30).
Semoga Allah memberikan kita hidayah & taufik utk merutinkan shalat yg mulia ini. Wallahu waliyyut taufiq.
Keutamaan Shalat Qabliyah Shubuh
Shalat dua raka’at qabliyah shubuh termasuk shalat sunah yg sangat
ditekankan bagi setiap muslim. Pahala kebaikannya begitu besar, melebihi
dunia & seisinya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dua raka’at (qabliyah) shubuh pahalanya lebih baik dari dunia & seisinya.” (HR. Muslim no.1193)
Termasuk waktu yg dilarang utk mengerjakan shalat adlh setelah
shalat shubuh sampai terbit matahari, sebagaimana sabda Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam,
Dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Aku mendengar Rasullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak ada shalat setelah (shalat) shubuh
sampai terbit matahari….’.” (HR. Bukhari, no.551)
Menurut pendapat yg lebih kuat, shalat yg dilarang adlh
shalat-shalat yg tidak terikat dengan sebabnya (shalat mutlak). Adapun
shalat-shalat yg diikat pensyariatannya dengan suatu sebab (jika tidak
ada sebabnya tidak disyariatkan), semisal shalat sunah setelah thawaf,
shalat gerhana, shalat tahiyatul masjid, & lain sebagainya, maka
tidak dilarang walaupun dilakukan pada waktu-waktu terlarang, lantarang
shalat-shalat ini terikat dengan sebabnya.
Termasuk yg dibolehkan adlh mengqadha qabliyah shubuh setelah shalat
shubuh, walaupun waktu tersebut termasuk waktu dilarang shalat. Hal ini
didasari oleh beberapa hal:
Keumuman perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam utk mengqadha
setiap shalat yg terlewatkan tanpa sengaja. Dalam hadis Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa lupa shalat, atau
tertidur, maka hendaklah ia lakukan shalat itu jika ia mengingatnya,
tidak ada kaffarah kecuali hal itu, (Allah berfirman), ‘Dan tegakkan
sholat utk mengingat-Ku’.”(HR. Bukhari 562 & Muslim 1103)
Kekhususan dalil yg membolehkan hal ini, seperti dalam sebuah
hadis:Dari Qais bin Amr berkata, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah (shalat) shubuh, maka
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah (engkau) shalat
shubuh dua kali?’ Orang itu menjawab, ‘Saya belum shalat dua rakaat
qabliyah shubuh, lalu aku lakukan (setelah shubuh)’.” Lalu (Qois)
berkata, “Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pun diam (tidak
melarangnya).” (HR. Abu Dawud no.1267, Tirmidzi no.422, Ibnu majah
no.1154, Ahmad no.23811, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misykat
al-Mashobih 1044 & Shahih Abu Dawud 1151)
Hadis di atas menunjukkan bahwa mengqadha qabliyah shubuh setelah
shalat shubuh hukumnya boleh karena ada keterangan yg sangat jelas dari
diamnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yg
melakukan hal tersebut. Hanya saja, lebih utama jika seseoarng
terlewatkan shalat qabliyah shubuh –baik tertidur atau lupa– hendaknya
dia mengqadhanya setelah matahari terbit, & ini adlh yg lebih
afdhal, sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:“Barangsiapa
belum melaksanakan shalat dua rakaat (qabliyah) shubuh, maka hendaklah
dia shalat dua rakaat tersebut setelah terbitnya matahari.” (HR.
Tirmidzi no.423, & dishahihkan oleh Al-Abani dalam Silsilah Shahihah
no.2361)
Sumber: Majalah Al-Furqon Edisi 06 Tahun ke-10 Muharram 1432 H/Desember 2010